Aku sudah lupa. Ya, sudah mulai lupa. Aku lupa saat pertama rasakan sakitnya patah hati. Rasakan sesak, susah bernafas saat kekasihku yang dulu mencari kekasih yang lain. Entah apa motifnya, aku lupa, tak mau mengingatnya. Saat itu yang kuingat harapan, mimpi masa depan yang kami impikan pupus, hatiku pun tak bisa luput. Dia, cedera serius. Aku tak butuh kotak P3K kakak kakak PMR, tak butuh stetoskop dokter ahli dalam. Mereka pun tak akan mengerti. Hanya butuh seseorang yang tulus, itu kamu. Malaikat yang datang saat mimpi burukku.
Terimakasih untuk kalian. Yang membuatku merasa biasa, diduakan, bertepuk sebelah tangan, bahkan ditinggal tanpa alasan. Siapa lagi kalau bukan barisan pematah hati. Ya, mantan dan semua yang pergi tanpa sempat aku miliki.
Dia, apa kabarnya ya? Lama tak kupikirkan dia. Aku terlalu sibuk merasakan bahagia. Sekarang, aku ingin mengingat sejenak. Karena post kali ini. Dia yang paling dalam tancapkan luka. Tapi kata temanku, terkadang dia merindu. Haha aku hanya bisa menertawakan penyesalanmu. Maaf kini aku terlalu bahagia untuk memikirkanmu. Sebaiknya kau pergi, berlari, bawa hati labilmu itu. Aku telah melupakanmu. Melupakan apapun tentangmu.
Tak ada satupun yang aku sesali. Itu semua hanya membuatku terlatih patah hati. Terlatih patah hati, bukan munafik yang sok sok an melupakan padahal masih cinta. Benar benar terlatih patah hati. Mereka membuatku mampu dan berani menghadapi rasanya disakiti. Terluka itu pasti. Namun kini, aku telah terlatih untuk patah hati.
Aku tidak akan dendam, aku percaya karma.
Yang ku tuju, bahagiaku bersamanya.
Ini hanya kutipan masa laluku. Bukan aku mencintai mereka lagi, aku bahkan lupa sebagian wajah mereka. Yang kucintai saat ini, esok dan selamanya hanya dia.