Malam itu saat kau hubungi aku, terdengar seperti rekaman yang hancur. Yang kau adukan padaku hanya kesakitan hatimu. Karena dia. Kekasihmu. Tapi kau tak pernah mencoba berlari darinya. Mencoba pergi darinya. Apa yang kau takutkan? Menjadi fakir asmara? Seandainya aku bisa ingin kukatakan akan kunafkahi kau dengan kasih sayang. Tapi kau tak mengerti. Akhir dari saling-telfonnya kita malam itu, tangisanmu dan kelelahanku. Kelelahanku mencoba mengerti keadaanmu. Aku mengertimu, tapi kamu? Menulikan telinga, membutakan mata dan menutup hati tentang perasaanku.
Aku merasa hanya seonggok parasit dari tiap tiap hal yang kau lakukan. Karena yang kau katakan pada akhir kata hanya "Terimakasih telah menjadi temanku..." Dan aku terjebak dalam lingkaran ini. Lagi dan lagi. Apapun telah kulakukan untukmu, satu satunya yang tak mampu melihat yang sebenarnya.Bahwa aku mampu menyingkirkan sakit hatimu. Aku mampu membahagiakanmu!
Aku ingin menggenggam tanganmu ditengah terik matahari. Ingatlah satu hal, aku selalu disini hingga kau menyadari, akulah pengobatmu. Akulah pelengkapmu.
Aku menutup mulutku namun aku ingin berteriak semampuku. Kau harus bersamaku! Namun yang selalu kukatakan hanya yang ingin kau dengar. Dia memperlakukanmu sangat buruk, dan aku sangat amat baik untukmu. Sangat tidak adil! Aku terjebak dalam status friendzone lagi dan lagi. Pengakhiran cinta yang buruk terulang padaku untuk yang kesekian kali.
Sekarang aku tau, aku wanita kamu pria. Dan kita hanya teman. Namun izinkan aku menjatuhkan hatiku untukmu.Di waktu yang salah, di keadaan yang salah, atau mungkin selama lamanya.