Karena tiap saya menginginkannya,
bibir saya tak mampu mengakatakannya.
Ia hanya diam.
Ia takut ucapannya akan membuat saya menjatuhkan diri saya untuk orang yang salah. Bukan. Bukan saya tidak percaya kamu. Tapi percayalah, ada satu sisi dalam otak saya, bisa jadi brocca - bagian otak yang bertanggung jawab atas motorik bicara - seperti memiliki trauma. Pada yang dulu ia pernah terburu-buru lalu menyakiti saya, karena mengucapkannya pada orang yang salah. Jadi aku tak pernah mengatakannya,
"Saya juga mencintaimu, saya sangat sangat mencintaimu.."
Dan selang waktu berjalan, saya tidak memperkirakannya. Tapi, ya, sudah sewajarnya kau menjadi lelah atas penantian. Kau merasa aku tak pernah membalas perasaanmu, karena aku lupa bahwa kau tak pernah bisa benar-benar membaca hatiku. Kini kau menjauh, tanpa tau disini hatiku tak pernah berhenti menjerit;
"Saya sangat mencintaimu.."
0 komentar:
Posting Komentar